Sudah lama sekali rasanya tidak
mengungkapkan isi hati lewat tulisan. Yup. Kali ini mungkin saking rindunya atau
saking tidak kuat menahan semuanya sendirian, akan saya ceritakan semuanya
lewat tulisan.
Saya mungkin munafik mengatakan
tidak boleh pacaran atau tidak memiliki pacar. Padahal dalam hati saya berkata
ingin sekali memiliki kekasih, tetapi sebagian hati saya mengatakan bahwa saya
belum siap. Seperti amphibi, hidup di atas 2 tekanan yang berbeda. Sebagian
hati saya mungkin masih dibantu separuh pikiran saya, memiliki kekasih di umur
hampir 19 tahun itu menurut saya wajar, apalagi jika tujuannya untuk menambah
semangat.
Tapi pikiran saya terbentur satu hal yang sempat dikatakan oleh
sahabat saya. Umur 19 tahun memang sudah saatnya menjalin hubungan yang serius,
bukanlah hubungan yang main-main semacam cinta monyet anak SD dan SMP yang
hanya melalui pesan singkat dan seminggu kemudian berakhir. Menurut saya 19 tahun
itu awal kedewasaan kita terbentuk, dimana kita sudah seharusnya menata masa
depan, menyiapkan rencana-rencana besar, membuat sebuah komitmen, dimana semua
selalu terlihat serius. Tetapi bukan serius yang menegangkan, kita punya hak untuk
bersantai. Ya, serius tapi santai.
Dan ketika keseriusan yang saya
ciptakan terpecah oleh beberapa hal, hancurlah semua. Harapan, impian,
kesetiaan, semua mungkin sirna seketika. Bagaimana cara meyakinkan dia bahwa “ya,
kita serius”. Tapi benar-benar susah rasanya mengalahkan ego dari masing-masing
diri kami. Saya hanya berharap dia sedikit mengerti apa yang saya rasakan. Saya
hanya tidak ingin apa yang seharusnya disebut sebagai “cinta” berubah menjadi
suatu “beban” untuk kami. Saya hanya ingin dia mengerti dan menjalani dengan
hati, bukan emosi.
Sedikit lega, karena dengan cara menulis semua bisa
tersalurkan.
cinta tak kan pernah berubah jadi beban selama perjalananya didasari sifat rela tanpa paksaan.
BalasHapusAku suka degh... gaya tulisanmu....