Rabu, 22 Januari 2014

Mungkin Diary


Sudah lama sekali rasanya tidak mengungkapkan isi hati lewat tulisan. Yup. Kali ini mungkin saking rindunya atau saking tidak kuat menahan semuanya sendirian, akan saya ceritakan semuanya lewat tulisan.
Saya mungkin munafik mengatakan tidak boleh pacaran atau tidak memiliki pacar. Padahal dalam hati saya berkata ingin sekali memiliki kekasih, tetapi sebagian hati saya mengatakan bahwa saya belum siap. Seperti amphibi, hidup di atas 2 tekanan yang berbeda. Sebagian hati saya mungkin masih dibantu separuh pikiran saya, memiliki kekasih di umur hampir 19 tahun itu menurut saya wajar, apalagi jika tujuannya untuk menambah semangat.
Tapi pikiran saya terbentur satu hal yang sempat dikatakan oleh sahabat saya. Umur 19 tahun memang sudah saatnya menjalin hubungan yang serius, bukanlah hubungan yang main-main semacam cinta monyet anak SD dan SMP yang hanya melalui pesan singkat dan seminggu kemudian berakhir. Menurut saya 19 tahun itu awal kedewasaan kita terbentuk, dimana kita sudah seharusnya menata masa depan, menyiapkan rencana-rencana besar, membuat sebuah komitmen, dimana semua selalu terlihat serius. Tetapi bukan serius yang menegangkan, kita punya hak untuk bersantai. Ya, serius tapi santai.
Dan ketika keseriusan yang saya ciptakan terpecah oleh beberapa hal, hancurlah semua. Harapan, impian, kesetiaan, semua mungkin sirna seketika. Bagaimana cara meyakinkan dia bahwa “ya, kita serius”. Tapi benar-benar susah rasanya mengalahkan ego dari masing-masing diri kami. Saya hanya berharap dia sedikit mengerti apa yang saya rasakan. Saya hanya tidak ingin apa yang seharusnya disebut sebagai “cinta” berubah menjadi suatu “beban” untuk kami. Saya hanya ingin dia mengerti dan menjalani dengan hati, bukan emosi.
Sedikit lega, karena dengan cara menulis semua bisa tersalurkan.

1 komentar:

  1. cinta tak kan pernah berubah jadi beban selama perjalananya didasari sifat rela tanpa paksaan.

    Aku suka degh... gaya tulisanmu....

    BalasHapus