Kamis, 16 Oktober 2014

Disfunction Presented By Bell Baba


Hola guys!
Beberapa waktu lalu saya sempat menghadiri pertunjukan teater yang diselenggarakan oleh komunitas Bell Baba, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadyah Malang. Pada awalnya saya hanya ingin belajar mengambil foto pertunjukan untuk tugas kuliah fotografi. Dan akhirnya malah asik menikmati rangkaian acara teater. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Sanggar Seni Bell Baba ke-20. Tepatnya pada tanggal 11 Oktober 2014, pukul 19.00 WIB, yang berlokasi di aula teknik GKB 3 lantai 6 UMM. Harga tiketnya sangat terjangkau, yaitu Rp 3000,00 jika membeli pada hari terselenggaranya acara. Dalam acara ini menampilkan musikalisasi puisi dan teater. Judul yang diangkat dalam persembahan kali ini adalah “Disfungsi” yang disutradarai oleh Lale Agit dan Naila Ali sebagai penulis naskah.
Dalam pembukaan acara dibacakan sejumlah aturan bagi penonton agar sekiranya tidak mengganggu jalannya pertunjukan. Selanjutnya dimulai dengan persembahan musikalisasi puisi oleh beberapa pemeran pembantu yang diiringi lantunan musik merdu oleh kru. Penonton pun ikut larut dalam lantunan musikalisasi yang menyentuh tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan teater dengan latar belakang kamar yang didukung dengan properti ranjang beserta bantal yang terselimut seprai putih polos. Diceritakan seorang wanita bernama Banuwati (diperankan Nanda) sangat mencintai lelaki yang ia sebut Hasta (diperankan Wandy).
Kecintaan Banuwati terhadap Hasta sangatlah mendalam, hingga akhirnya mereka menikah dan menjadi sepasang suami istri. Namun nasib malang manghampiri Banuwati karena setelah bertahun-tahun menikah, pasangan tersebut tidak dikaruniai buah hati. Hasta pun mencari wanita lain sebagai simpanan, yang bisa memberikan ia seorang anak. Namun Banuwati mengetahui perbuatan Hasta yang telah menyakiti hatinya. Emosi Banuwati yang tinggi mengalahkan rasa cintanya terhadap Hasta, sampai keinginannya untuk membunuh Hasta tersalurkan. Namun disfungsi terjadi pada diri Banuwati, dimana rasa cinta tersebut muncul kembali dan ingin tetap bersama Hasta, sehingga jasad Hasta disimpan oleh Banuwati. Perasaan bersalah dan sosok Hasta pun turut menghantui hidupnya. Hingga akhirnya Banuwati mengalami depresi dan mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.
Seluruh adegan diperankan dengan totalitas dan penuh penghayatan oleh para pemain. Didukung pula dengan properti dan tata rias yang kental dengan karakter masing-masing pemain semakin membuat pertunjukan terlihat klasik dan elegan. Salah satu adegan yang sempat membuat penonton terkaget adalah adegan ketika Banuwati mengakhiri hidup dengan menggantung diri. Dimana pemainnya benar-benar jatuh tak terduga di atas panggung. Penonton bahkan sempat histeris dan mengira adegan tersebut bukan rekayasa.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar