Hola guys!
Beberapa waktu lalu saya sempat menghadiri
pertunjukan teater yang diselenggarakan oleh komunitas Bell Baba, Fakultas
Psikologi, Universitas Muhammadyah Malang. Pada awalnya saya hanya ingin
belajar mengambil foto pertunjukan untuk tugas kuliah fotografi. Dan akhirnya
malah asik menikmati rangkaian acara teater. Acara ini diselenggarakan dalam
rangka Dies Natalis Sanggar Seni Bell Baba ke-20. Tepatnya pada tanggal 11
Oktober 2014, pukul 19.00 WIB, yang berlokasi di aula teknik GKB 3 lantai 6
UMM. Harga tiketnya sangat terjangkau, yaitu Rp 3000,00 jika membeli pada hari
terselenggaranya acara. Dalam acara ini menampilkan musikalisasi puisi dan
teater. Judul yang diangkat dalam persembahan kali ini adalah “Disfungsi” yang
disutradarai oleh Lale Agit dan Naila Ali sebagai penulis naskah.
Dalam pembukaan acara dibacakan sejumlah aturan
bagi penonton agar sekiranya tidak mengganggu jalannya pertunjukan. Selanjutnya
dimulai dengan persembahan musikalisasi puisi oleh beberapa pemeran pembantu
yang diiringi lantunan musik merdu oleh kru. Penonton pun ikut larut dalam
lantunan musikalisasi yang menyentuh tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan
pertunjukan teater dengan latar belakang kamar yang didukung dengan properti
ranjang beserta bantal yang terselimut seprai putih polos. Diceritakan seorang
wanita bernama Banuwati (diperankan Nanda) sangat mencintai lelaki yang ia sebut
Hasta (diperankan Wandy).
Kecintaan Banuwati terhadap Hasta sangatlah
mendalam, hingga akhirnya mereka menikah dan menjadi sepasang suami istri.
Namun nasib malang manghampiri Banuwati karena setelah bertahun-tahun menikah,
pasangan tersebut tidak dikaruniai buah hati. Hasta pun mencari wanita lain
sebagai simpanan, yang bisa memberikan ia seorang anak. Namun Banuwati
mengetahui perbuatan Hasta yang telah menyakiti hatinya. Emosi Banuwati yang
tinggi mengalahkan rasa cintanya terhadap Hasta, sampai keinginannya untuk
membunuh Hasta tersalurkan. Namun disfungsi terjadi pada diri Banuwati, dimana
rasa cinta tersebut muncul kembali dan ingin tetap bersama Hasta, sehingga
jasad Hasta disimpan oleh Banuwati. Perasaan bersalah dan sosok Hasta pun turut
menghantui hidupnya. Hingga akhirnya Banuwati mengalami depresi dan mengakhiri
hidupnya dengan menggantung diri.
Seluruh adegan diperankan dengan totalitas dan
penuh penghayatan oleh para pemain. Didukung pula dengan properti dan tata rias
yang kental dengan karakter masing-masing pemain semakin membuat pertunjukan terlihat
klasik dan elegan. Salah satu adegan yang sempat membuat penonton terkaget
adalah adegan ketika Banuwati mengakhiri hidup dengan menggantung diri. Dimana
pemainnya benar-benar jatuh tak terduga di atas panggung. Penonton bahkan
sempat histeris dan mengira adegan tersebut bukan rekayasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar