Bersyukur
aku bertemu niat baikmu, mengunjungi keluargaku. Dan sebuah izin yang sangat
kami harapkan. Aku sesaat lenyap oleh petuah-petuah orang tuaku. Untuk kali
pertama kami berbicara tanpa mode “gesrek”. Bukan main-main, ini serius! Bahkan
leluconku tak lagi sanggup memecah, hambar, ini serius!
Kita duduk di pinggir jalan. Memesan segelas teh tarik, kopi, dan jajanan khas angkringan. Ditemani rintik hujan yang kian menyepi. Kita hanya duduk, berdiskusi, lalu tertawa. Sama seperti dulu, seolah hangat mendekap. Lalu ada kesempatan kami menahan grogi, gugup yang tak mau pergi. Mendingin, semuanya seolah beku. Waktu, aku dan juga kamu. Seolah hanya ada dua makhluk dengan perasaan yang sama.